Pages

  • Home
  • About
  • Blog Insight
  • Awesome Tips
  • Soliloquy
  • Book Review
  • Freebies

Dancing Rain in the Autumn

Credit: Ellieelien on Unsplash

فَٱذۡكُرُونِىٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡڪُرُواْ لِى وَلَا تَكۡفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat [pula] kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari [ni’mat] -Ku. (152) 


يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ 
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (153) 


وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٲتُۢ‌ۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ۬ وَلَـٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, [bahwa mereka itu] mati; bahkan [sebenarnya] mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (154) 


وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِ‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (155) 


ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ
[yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". (156) 


أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ۬ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ۬‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157)
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Kalian ingat salah satu nasehat emas dari seorang khalifah bernama Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu? Salah satu nasehat itu berbunyi, "Jikalau hati kalian jernih, maka ia tidak akan pernah kenyang dari Al Qur'an." Bukankah nasehat ini begitu rupawan? Apakah nasehat rupawan ini membawa kita pada satu pertanyaan? 

"Bagaimana dengan hatiku? Apakah ia sejernih air yang mengalir? Apakah ia selalu kerontang akan firman-firman Rabbul 'alamin?"

Penulis yakin kita semua akan menghenikan diri dan bertanya secara mendalam. Nasehat itu membuat kita ingin kembali menelisik soal kedekatan kita dengan Al Qur'an Al Karim. Lantas, ketika jawabannya tidak membuat kita puas, kita kembali menyusuri pengheningan dengan lebih mendalam, "bagaimana mungkin?".

Dr. Umar bin Abdullah bin Muhammad al-Muqbil memberikan penjelasan apik tentang nasehat yang dikemukakan oleh khalifah Umar radhiyallahu 'anhu. Dr. Umar mengungkapkan bahwa nasehat itu menjadi gambaran tentang hati-hati kita yang terjangkit penyakit. Penyakit yang menyinggahi hati seperti riya', iri (dengki) atau hasad, dendam, dan semisalnya telah menghalau hati kita untuk merasakan manfaat dari Al Qur'an.


Seorang ulama, yang penulis lupa namanya, pernah pula memberikan nasehat berkenaan dengan hati. Hati bagaikan percampuran antara air dan minyak. Air, bagaimanapun, mustahil bercampur dengan minyak. Sebagaimana ketaqwaan yang tidak akan pernah mungkin menjadi satu dengan kemaksiatan.

Sehingga, apabila kita menghiasi relung-relung hati dengan ketaqwaan, kemaksiatan pun sulit untuk menguasai. Tetapi, bagaimana jika sebaliknya? 

Kemaksiatan yang menguasai hati tentu hanya akan menggelapkan dan melemahkannya dari faedah Al Qur'an. Sementara, ketika kita berusaha untuk menjernihkannya kembali, maka Allah jadikan Al Qur'an itu sebagai penawar bagi orang-orang beriman.

"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian."
(Q.S. Al Isra' [17]: 82)

Dr. Umar bin Abdullah bin Muhammad al-Muqbil menambahkan bahwa pemilihan kata 'tidak kenyang' oleh Utsman radhiyallahu 'anhu adalah sangat tepat. Dr. Umar kemudian berpendapat bahwa di dalam hati ada rasa lapar yang tidak bisa ditutupi oleh sesuatu sebagaimana ditutupi oleh ke-bergantung-an dengan al-Qur`an, membaca, mendengar, dan mentadabburinya.

Utsman radhiyallahu ‘anhu, yang tidak pernah kenyang terhadap Al Qur’an, mengungkapkan, “Aku tidak suka bahwa datang kepadaku satu hari dan satu malam kecuali aku melihat kepada Kalamullah”. Dalam satu lafadz yang lain: “...kepada perjanjian Allah subhanahu wa ta’ala”. 

Dr. Umar bin Abdullah bin Muhammad al-Muqbil mengomentari ungkapan tersebut dengan menyatakan bahwa Utsman radhiyallahu 'anhu itu tak lain adalah seorang khalifah. Pada saat kepemimpinannya, terjadi penaklukan besar di berbagai negeri. Maka, di manakah orang-orang yang berlalu atasnya malam dan siang, sementara ia tidak sempat membuka selembar pun dari al-Qur`an, dan lagi ia tidak terikat tanggung jawab apa-apa?


Referensi:
Dr. Umar bin Abdullah bin Muhammad al-Muqbil. (2015). Mutiara Nasehat Dzun Nurain Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu (Muhammad Iqbal A. Gazali, Penerjemah). Diakses pada 21 Februari, 2017, dari https://islamhouse.com/id/articles/806127/.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Alisa Anton on Unsplash
Apakah kalian kesal ketika kalian melupakan sesuatu? Apakah kalian justru bahagia ketika mampu melupakan sesuatu? Hmmm... kalian mungkin sudah tahu bahwa ada kalanya melupakan sesuatu jadi hal paling menjengkelkan atau justru menjadi hal yang paling diinginkan.

Lupa bisa berarti sebuah ketidak sengajaan untuk tidak mengingat sesuatu. Lupa bisa juga berarti gagal untuk mengingat sesuatu atau lupa bisa berarti kamu sengaja berhenti untuk mengingat sesuatu. Sekarang lupa yang seperti apa yang kalian alami atau yang ingin kalian pilih?

Dahulu, kala di bangku kuliah, seorang dosen yang awesome writer kagumi berbiara tentang sesuatu yang berhubungan dengan hegemonisasi politik dan konglomerasi media. Ia menjelaskan dengan apik dan panjang lebar lantas disambung dengan Lupa. Di tengah keseruan diskusi media, dosen itu menyisipkan definisi tentang lupa bahwa lupa semata-mata bukan berarti kita tidak ingat akan sesuatu melainkan sejatinya kita sedang mengingat sesuatu yang lain.

Definisi lupa yang dosen itu bawakan sontak membuat penulis mengerutkan dahi dan kemudian berpikir, "Bagaimana mungkin Bapak ini bisa mencetuskan definisi yang anti-mainstream seperti ini, hah!?" Tetapi, kala itu awesome writer menyetujui saja dan tidak ingin menyanggahnya karena toh definisi unik itu seolah mengelaborasi alam pikir awesome writer terhadap sesuatu hal sesepele lupa. 

"Mengingat hal yang lain", definisi lupa yang satu ini rupanya berkhasiat besar untuk mengobati berbagai macam kepiluan. Awesome writer tidak sangka akan menyukai gagasan dosen penulis tadi tentang lupa. Melupakan dengan cara mengingat hal yang lainnya terasa menjadi lebih mudah untuk dilakukan ketimbang sengaja untuk berhenti mengingat yang harus dilupakan.

Lupa, dengan cara mengingat berbagai hal lain, membuat kalian benar-benar harus mengingat hal yang lainnya. Lantas, entah sadar atau tidak,  dengan sendirinya kalian sedang mengenyampingkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu kalian ingat. What a wonderful fashion to forget anything!

Lalu, bagaimana cara melupakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu diingat? Here we go...

  1. Melupakan dengan cara lebih banyak mengingat Allah Rabbul 'Alamin. Ini adalah cara yang paling bermanfaat. Dengan cara ini hati menjadi lebih tentram sebagaimana yang telah Allah sendiri janjikan (dalam Al Qur'an dan As Sunnah).
  2. Melupakan dengan cara lebih banyak mengingat ayat-ayat Allah; merenunginya; menghafalnya; dan mengamalkannya.
  3. Melupakan dengan cara mengingat dan melakukan hobi-hobi kita, misalnya membaca, blogging, fotografi, travelling, atau berbagai macam hobi lainnya.
  4. Melupakan dengan cara mencari kesibukan yang lebih bermanfaat, misalnya mempelajari bahasa Arab, les memasak, les fotografi, les melukis, dan semisalnya.
  5. Melupakan dengan cara menonton acara-acara yang membuat kalian merenung; terkekeh; mengharu biru; atau apapun itu yang bermanfaat.
  6. ... dan cara-cara lain yang bisa kalian putuskan sendiri ya, awesome readers...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Akhir-akhir ini setiap episode dalam hidup penulis sedang berjalan dengan begitu hectic. Bermacam cara penulis lakukan untuk mencoba mengingat yang lain (baca: melupakan). Cara pertama yang penulis pilih ialah berbagi buku koleksi pribadi. 

Di dalam kamar, penulis mulai membuka satu persatu box-box plastik yang menyimpan rapi buku-buku itu. Penulis cukup terkejut rupanya ada cukup banyak juga yang sudah dikoleksi. Penulis kemudian mulai memilah mana yang masih ingin dipertahankan dan mana yang akan direlakan menjadi milik orang lain. 

Penulis foto satu per satu buku-buku yang ingin dipindah tangankan lantas penulis sebar foto-foto itu via Whatsapp. Di tengah proses pilah pilih bertemankan debu-debu berterbangan, penulis tertahan sejenak setelah memegang sebuah buku bersampul merah. Buku merah itu halamanya sudah mulai ditebari bintik-bintik kuning. Bau buku itu kini mulai serupa dengan buku-buku lama yang jarang dijamah. 

"Well... ya iyalah... kan ditinggal ngungsi setahun ke Jekardaaah! Jadi jangan heran dong kalau mulai menua begini!", seru penulis dalam hati.

Buku merah itu tidak lain adalah salah satu dari dua buah buku yan pernah dihadiahkan pada penulis dari orang keren. Buku merah itu seketika saja attempts me to seek the other one. Buku yang lainnya tidak lain adalah buku seperti yang tertera di gambar pembuka tulisan ini, yaitu buku berjudul "Bukan Untuk Dibaca".


Jujur ingin penulis katakan bahwa dulu ketika dua buku itu dikirim dan sampai ke rumah dengan selamat, penulis begitu bersemangat untuk membaca yang merah saja! Iya yang merah saja! Buku hitam dengan ketebalan tiga kali lipat dibanding yang merah membuat penulis enggan membacanya. Apalagi setelah penulis periksa daftar isinya menyuratkan tulisan-tulisan berisi kisah-kisah. 

Well maybe not for now... 
and I am not a person who fond of  stories...

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About

Hi there!
I am Esy Andriyani
This is my personal blog. I endeavor to assemble miscellaneous notions and observations as a mere human being. Well, feel free! Serve yourself...

Let's Stay in Touch

Featured Post

Perpetual Rain

Labels

  • Awesome Tips (2)
  • Blog Insight (15)
  • Book Review (5)
  • Digital Media & Social Construction (13)
  • Freebies (1)
  • Miscellaneous (5)
  • Soliloquy (7)

Bloom Beautifully

Popular Posts

  • Al Baqarah 152-157
  • Tidak Akan Pernah Kenyang dari Al Qur'an
  • Watermelon, Carrot, Parsley Juice
  • Book Review: Hilyah Thalibil 'Ilmi (Perhiasan Penuntut Ilmu)
  • Hanya Sebab

Free Quran Wallpapers

Awesome Sites

  • Kisah Muslim
    Mengenal Kakek dan Buyut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam - Kaisar Romawi, Heraclius, pernah bertanya kepada Abu Sufyan tentang nasab Nabi Muhammad, كَيْفَ نَسَبُهُ فِيكُمْ قُلْتُ هُوَ فِينَا ذُو نَسَبٍ‏.‏ ... Sele...
    1 month ago
  • Muslim.Or.Id
    Hukum Menjual Obat yang Dicurigai akan Digunakan untuk Kejelekan - Fatwa Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah Pertanyaan: Jazakumullaahu khairan. Seorang apoteker mengirimkan sejumlah pertanyaan, di anta...
    9 hours ago
  • Muslimah.Or.Id
    Sekedar Tercapainya Keinginan, Tidak Berarti Perbuatannya Benar - Kaidah yang berharga yang kami dengar langsung dari Syaikh Abdurrazzaq Al Abbad hafizhahullah: وجود الآثار لا يدل على صحة العمل “Adanya hasil dari suatu ...
    16 hours ago
  • Qur'anic Reflections
    A Fulfilment - الحمدلله الذي بنعمته تتم الصالحات By the grace and favour of Allāh upon me, I’ve successfully completed my Master’s Degree in ʿUlūm al-Qurʾān and Tafsīr. M...
    3 months ago
  • Radio Rodja
    Menghilangkan Rasa Takut Yang Berlebihan Pada Anak - Menghilangkan Rasa Takut Yang Berlebihan Pada Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mence...
    2 hours ago
  • Rumaysho
    Suami Harus Sabar Menghadapi Istri - Rumaysho.Com - Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat Bukan hanya istri yang mesti sabar menghadapi suami, suami pun mesti sabar menghadapi istri karena bisa ...
    4 hours ago

Blog Archive

  • ►  2021 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2020 (14)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (3)
  • ►  2019 (14)
    • ►  December (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (9)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ▼  2017 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  March (1)
    • ▼  February (4)
      • Al Baqarah 152-157
      • Tidak Akan Pernah Kenyang dari Al Qur'an
      • Oblivious
      • Bukan Untuk Dibaca
  • ►  2016 (5)
    • ►  December (3)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Created with by ThemeXpose