Pages

  • Home
  • About
  • Blog Insight
  • Awesome Tips
  • Soliloquy
  • Book Review
  • Freebies

Dancing Rain in the Autumn

Credit: Clyde RS on Unsplash
Semoga Allah 'Azza wa Jalla menjaga beliau. Allah-lah yang Maha Mengetahui hakikat diri beliau dan awesome writer tidak merekomendasikan siapapun di hadapan Allah. 

Amal kebaikan, sering kali kita berpikir kita adalah orang yang baik atau berpikir bahwa kita mampu memberikan kebaikan kepada orang atau mahluk lain. Tetapi, masya Allah paman ini mengajarkan kita pelajaran yang begitu berharga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberkahi beliau. 

Seorang paman yang terinspirasi oleh sahabat Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausy radhiyallahu 'anhu. Sahabat yang begitu menyayangi mahluk berbulu bernama kucing sehingga beliau dikenal dengan kunyah Abu Hurairah. Ada dua kalimat indah yang begitu berharga dari beliau hafidzahullah. Beliau menyampaikan, "Aku hanya sebab saja. Allah-lah yang memuliakanku dengan perbuatan/ amal ini."



Hmmm, betapa diri ini sering terlupa bahwa kalaulah bukan karena ke-Maha Pemurah-an Allah, maka kita tidak akan mampu melakukan apapun terlebih amal-amal kebaikan. Kalimat beliau tersebut menyadarkan bahwa semestinya kita bersyukur kepada Allah dengan mengembalikan kebaikan yang kita lakukan kepada Allah. Amal kebaikan yang sejatinya Allah rizki-kan kepada kita yang bukan siapa-siapa ini.

Allah yang menggerakan hati ini lalu Allah jadikan kita sarana kebaikan bagi mahluk-Nya yang lain. Dengannya kita memperoleh pahala. Dengannya kita bahagia karena membahagiakan mahluk lain. Dengannya kita berbahagia karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan karena-Nya.



Referensi:
Isruwanti Ummu Nashifa. (2019). Hakikat Amal Shalih. Diakses pada 16 September 2020, dari https://muslimah.or.id/10873-hakikat-amal-shalih.html

Nurfitri Hadi. (Tanpa Tahun). Abu Hurairah Pemuka Para Hafizh dan Rawi. Diakses pada 16 September 2020, dari https://kisahmuslim.com/6544-abu-hurairah-pemuka-para-hafizh-dan-rawi.html
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Awesome readers, 
berikut ini wallpaper Al Qur'an yang bisa kalian unduh secara cuma-cuma. Wallpaper yang semoga bisa selalu mengingatkan kita akan doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar Allah menjadikan kitab-Nya sebagai musim semi (penyejuk) di hati kita, sebagai cahaya, dan sebagai penghilang lara juga kegalauan.


Semoga wallpaper-wallpaper ini bisa bermanfaat untuk membuat kita jatuh hati setiap harinya dengan Al Qur'an. May these wallpapers robust our love for kitabullah, aameen. 

Kalian bisa klik tautan di bawah ini ya:
Free Quran Wallpapers

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Hutomo Abrianto on Unsplash
Semoga Allah menjadikan kita 
berada di antara persona
yang menghargai proses belajar milik orang lain ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Ellieelien on Unsplash
Ada harga yang harus kau bayar 
dalam sebuah perisa. 

Ada pula tanya pada setiap kecapnya. 

Maka, merunduklah dan tetaplah mengiba 
pada Rabb semesta alam raya 
agar kau bersabar dan bersyukur 
atas segala pemberian-Nya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sebagian besar orang gemar menyebut bakat dan kejeniusan sebagai kunci sukses dalam kehidupan. Bahkan, sebagian di antara mereka adalah orang tua kita sendiri.  Masih lekat dalam ingatan, nenek awesome writer sering meluncurkan petuah yang mengisyaratkan bahwa genius/ menjadi pintar merupakan titik sentral keberhasilan hidup dalam bidang apapun. 

Bahkan lebih dari itu, entah sadar ataukah tidak, kita kerap men-simplifikasi keberhasilan orang-orang dengan menandai mereka sebagai orang yang berbakat atau jenius. Padahal, apakah benar hanya sekadar berbakat dan jenius lantas seseorang bergaransi sukses? Memangnya kita tahu sudah berapa banyak hitungan jam yang telah dan terus mereka curahkan demi menyempurnakan keahlian mereka? 


Lalu coba kita renungkan, apakah benar orang yang tidak berbakat dan tidak jenius hanya akan terbuang?  Apakah mereka tidak berhak untuk menjadi orang yang sukses? Apakah benar mereka hanya akan ada di barisan paling burit di antara jajaran orang-orang "besar"? Angela Duckworth dalam bukunya ini berupaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Duckworth mendekonstruksi pemahaman kita yang selama ini terdistraksi oleh pandangan bahwa bakat dan kejeniusan merupakan pencetus kesuksesan. Ia kemudian mengajak kita untuk berpikir ulang bagaimana sebenarnya untuk meraih sukses dan kualitas apa yang seharusnya kita miliki.


Berdasarkan penelitian yang dinarasikan secara apik ini, Duckworth meyakinkan bahwa grit-lah yang justru menjadi tumpuan utama dalam meraih sukses. Mengapa demikian? Jawabannya karena di dalam grit (ketabahan) terkandung passion (gairah) dan persistence atau perseverance (kegigihan).

... passion is a compas ...
(Halaman 71)

Enthusiasm is common. Endurance is rare.
(Halaman 68)

Duckworth kemudian membagi bukunya dalam tiga babak besar. Babak besar pertama ia elaborasi menjadi lima bab. Babak besar kedua ia kembangkan menjadi empat bab. Selanjutnya, babak besar ketiga mirip seperti babak kedua diperinci dalam empat bab. 

Babak besar pertama bukunya banyak membahas tentang apa itu grit (ketabahan) dan mengapa hal itu begitu bernilai. Duckworth lantas menawarkan tabel perhitungan agar pembacanya bisa memperkirakan seberapa besar tingkat grit (ketabahan) mereka selama ini. Besaran ini pada dasarnya hanya sebagai sebuah gambaran. Gambaran yang pada ujung cerita bisa membuat kita bersyukur atau justru terus bersemangat agar tak lelah dalam "membangun" diri. 

Sementara itu, pada babak besar kedua dan ketiga, pembaca disuguhi pembahasan tentang bagaimana menumbuh kembangkan grit (ketabahan). Ketabahan menurutnya dapat dikembangkan dari inside out dan outside in. 

Menurut Duckwort menyemai ketabahan dari inside out terdiri dari empat hal, yakni interest (ketertarikan), practice (latihan), purpose (tujuan), dan hope (harapan). Pada pembasan ini, Duckworth banyak memberi penekanan pada deliberate practice (berlatih dengan sengaja) setiap hari. Hal ini sebagai bentuk konfigurasi nyata dari grit (ketabahan). Latihan yang dilakukan secara sengaja inilah yang kemudian memainkan peran besar dalam tumbuh kembang ketabahan.

... deliberate practice as significantly more effortful, and significantly less enjoyable ...
(Halaman 153)

"Dancing appears glamorous, easy delightful. But the path to the paradise of that achievement is not easier than any other. There is fatigue so great that the body cries even in its sleep."
(Martha Graham dalam Duckworth, 2019: 153)

Latihan yang dilakukan dengan sengaja setiap hari ini sungguh jauh dari kata mudah, kecuali mereka yang dirahmati dan ditolong oleh Allah. Apalagi jika apa yang kita perjuangkan adalah perkara yang mendekatkan diri kita pada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Tetapi kabar baiknya, semakin besar ujian yang kita hadapi saat latihan, maka besaran kontribusi positif pada ketahanan kita dalam menghadapi ujian kehidupan yang lain juga akan semakin besar. Otak kita yang plastis cenderung lebih responsif pada hantaman ujian yang keras. Hantaman keras ini kemudian menyediakan pola bagi otak dan diri kita  sehingga kita menjadi orang yang lebih tegar, tabah, dan gigih di kemudian hari (Duckworth, 2019: 228-232).

Lebih dari itu, ketika kita akhirnya mampu mencapai tangga kemahiran setelah puluhan ribu jam melakukan deliberate practice yang menyakitkan, setelah berjuang mengenyampingkan hawa nafsu kita, maka di sanalah kita akan menemukan utter delight/ kebahagiaan penuh (Sadary dalam Attaining Excellence). 

Perenang berbahagia sebagaimana ketika ia berenang, pelari berbahagia sebagaimana ketika ia berlari, atau penghafal Al Qur'an yang berbahagia sebagaimana ketika mereka semakin dekat dengan ayat-ayat Rabbnya. Mereka mencintai apa yang mereka lakukan (perjuangkan). Perbaikan yang kita peroleh dari hari ke hari, walaupun sedikit, pada gilirannya menorehkan rahmat/ keberkahan. 

Sementara itu, menurut Duckworth untuk menyemai grit (ketabahan) dari outside in sangat dipengaruhi oleh faktor orang tua, teman, dan lingkungan kita. Walaupun, akan selalu ada pengecualian dalam setiap kasus. Ini karena tidak setiap teladan grit (ketabahan) selalu memiliki, misalnya, orang tua yang bijaksana yang mendorong mereka agar bermental juara. Tetapi, menurut awesome writer di sinilah bentuk rahmat Allah karena ini menandakan bahwa sebenarnya setiap orang berpotensi menjadi teladan grit (ketabahan).

Duckworth akhirnya memungkas bukunya dengan menawarkan diskusi menarik mengenai apakah hanya ketabahan saja yang menjadi pondasi kunci dalam kesuksesan? Apakah ada faktor lain yang bisa kita pertimbangkan?  Ia juga mendiskusikan tentang beberapa hal lain yang sering sekali ditanyakan padanya terkait Grit. 

Nature matters and so does nurture.
(Halaman 95)

Buku ini pada dasarnya awesome writer temukan, atau yang lebih tepat, Allah mempertemukan buku ini dengan awesome writer di kala diri ini sangat membutuhkan asupan motivasi intrinsik. Sehingga, awesome writer harus banyak bersyukur kepada Allah karena telah mempertemukan awesome writer dengan buku "yang baik". Semoga Allah memudahkan awesome writer untuk mengamalkan hal-hal baik di dalamnya terutama agar semakin bertakwa kepada Allah.

(Doa yang sama untuk kalian, awesome readers, 
dan seluruh kaum Muslimin. 
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala 
memudahkan kita untuk bertakwa kepada-Nya)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Averie Woodard on Unsplash
Karena menahan diri dalam repetisi itu problematis. 

Maka, kalaulah bukan karena rahmat 
dan pertolongan Allah, 
mencapai kualitas itu selamanya berujung mistis.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Clay Banks on Unsplash
Awesome readers,
apa yang kalian lakukan saat akan membeli buku? Apakah kalian orang-orang yang gemar "laper mata" ketika melihat buku-buku yang berjajar indah di rak toko? Artinya, kalian seketika saja tertarik dengan judul, sampul, atau apapun itu dari sebuah buku tanpa melakukan riset atau semacam background check? 

Hmmm... membeli buku tanpa melakukan riset latar belakang seperti itu sebenarnya tidak terlalu sehat, awesome readers. Ada beberapa hal yang seharusnya kita pertimbangkan sebelum membeli buku, sehingga uang yang nantinya kita keluarkan jadi lebih bernilai dan penuh manfaat. Maka, ini dia "5 Tips Awesome Sebelum Membeli Buku":

1) Mainkan Niat (Pinjam Istilah Ustadz Nuzul Dzikri hafidzahullah)
Awesome readers, mari kita "mainkan niat kita". Memainkan niat ini sangat penting. Coba deh kalian selami keindahan ilmu tentang niat ini salah satunya dalam kajian serial Kitab Riyadhus Shalihin. Kajian pada seri kedua puluh dengan judul "Panen Pahala Dari Aktivitas Sehari-hari #2". 


Memainkan niat akan menentukan banyak hal, awesome readers. Poin ini di antaranya akan menentukan bagaimana cara kita dalam memproses informasi dari buku yang akan kita beli. Poin ini juga menentukan tentang apa yang kita anggap penting dan patut untuk diamalkan dari buku tersebut. Lalu, poin ini akan menentukan pula level kesabaran kita terutama untuk menuntaskan bacaan dari buku yang akan kita beli, entah seberapa pun tebal buku itu. 

Oia... kalaupun buku yang kita beli merupakan buku umum atau bukan buku agama, memainkan niat akan membedakan segalanya. Ini sesuai dengan penjelasan hadits pada kajian di atas. Coba bayangkan awesome readers berapa banyak pahala yang akan kita dapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika salah satu niat membaca buku umum tersebut ialah sebagai pendukung dalam bertakwa kepada Allah. 

Coba kita bayangkan pula berapa banyak pahala yang akan kita rengkuh dari setiap halaman yang kita bolak-balikan, dari setiap kalimat yang kita cerna dengan susah payah, dari setiap huruf dan kata yang kita eja, dan seterusnya. Niat benar-benar menentukan segalanya. Hu...

Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita untuk menghadirkan niat-niat yang mulia dari setiap amal perbuatan kita ya, awesome readers, walaupun amal tersebut adalah amalan yang bersifat mubah.

2) Rekomendasi Siapa?
Dahulu sekali, awesome writer begitu serampangan dalam membeli buku. Bubuhan best seller, sampul warna-warni yang cantik, dan judul yang bernuansa clickbait akhirnya justru membuat kegiatan membeli buku berujung kekecewaan. Pengalaman ini setidaknya mengajarkan bahwa dalam memutuskan untuk memebeli buku, kita juga butuh ilmu. 

Nah, salah satu shortcut dalam "mengilmui" buku yang akan kita beli adalah melihat siapa yang merekomendasikan buku tersebut. Orang yang merekomendasikan dalam hal ini bisa jadi orang terdekat yang terpercaya, orang-orang yang shalih, daftar referensi dari buku "yang baik" yang sebelumnya pernah kita baca, atau daftar referensi yang terkutip di dalam blog/ situs web orang-orang shalih.

Sebagai contoh, awesome writer membeli buku berikut ini karena melihatnya terkutip pada sebuah artikel bertajuk "Attaining Excellence" dalam blog Quranic Reflections. 


Perpaduan antara judul buku, judul artikel, blog di mana buku ini dikutip, dan sekelumit kutipan dari dalamnya meyakinkan awesome writer jika buku tersebut layak untuk diselami dan diambil faidahnya. Oia, kalian bisa baca tinjauan bukunya di tautan ini "Book Review: Grit".

3) Kenali Penulisnya
Awesome readers, setelah kita melalui tahapan pertama dan kedua, poin penting selanjutnya adalah mengetahui siapa penulis bukunya. Ini penting. Kita harus berupaya untuk mencari tahu rekam jejak penulisnya. Dengan mengetahui rekam jejak penulis terutama dalam bidang-bidang kajian yang sedang ia tulis, kita akan melihat suatu pola. 

Pola yang mengilustrasikan cara sang penulis dalam membangun gagasannya. Menurut keterbatasan ilmu awesome writer, di tengah belantara dunia kepenulisan ini ada sebagian penulis dengan rekam jejak yang  begitu religus, ada juga yang religus dan ilmiah, atau justru ilmiah sekali, dan lain sebagainya. Rekam jejak mereka ini pada gilirannya tentu akan "mewarnai" tulisan mereka. Hal ini terutama terlihat dari berbagai sumber referensi yang mereka gunakan dalam menyusun buku. Tilik saja daftar pustaka atau bibliogarfi mereka.

4) Kenali Penerbitnya
Menurut awesome writer, poin keempat ini menjadi shortcut lain ketika ingin membeli buku. Dengan kita mengetahui siapa penerbit dari buku yang akan kita beli, kita telah menghemat sebagian besar usaha dan waktu. Sebagai contoh, awesome writer punya daftar penerbit-penerbit kesayangan dalam kategori agama dan umum. Jadi, kalau terpikir ingin membeli buku agama atau buku umum tertentu, awesome writer sudah tahu harus kemana.

Dalam kategori buku-buku agama, awesome writer suka sekali membeli buku dari Pustaka Imam Asy Syafi'i, Pustaka Ibnu Katsir, Pustaka As Sunnah, Darus Sunnah, Ummul Qura, Darul Haq, Griya Ilmu, dan penerbit sunnah lainnya. Sementara, dalam kategori buku umum biasanya awesome writer menggemari beberapa buku dari penerbit di bawah naungan Penguin Random House, Gramedia, atau Bentang Pustaka. Nah, buku berjudul Grit seperti contoh pada poin ketiga itu diterbitkan oleh Vermilion. Penerbit ini merupakan bagian dari Ebury Publishing, salah satu anak perusahaan dari Penguin Random House, yang spesialisasinya menerbitkan buku non fiksi.

Di sisi lain, suatu penerbit cenderung terikat oleh visi tertentu. Ini bukan hal yang mengherankan karena penerbit merupakan organisasi perusahaan. Setiap organisasi pasti memiliki visi. Sehingga, pada poin ini kita juga akan melihat suatu pola. Sebagai contoh, Pustaka As Sunnah dengan visi untuk berkhidmat pada sunnah, maka buku-buku yang mereka keluarkan tentu saja literatur yang sejalan dengan visi tersebut. Contoh lainnya, penerbit Vermilion yang bervisi untuk menerbitkan buku yang ditulis oleh para pakar di bidangnya, maka kadang kala kita akan menemui aneka buku bernarasi laporan-laporan ilmiah darinya.

Nah, ibarat manusia, penerbit dari suatu buku itu bagaikan karakter. Kualitas atau gambaran tertentu dari sesuatu yang membedakannya dengan sesuatu yang lain. Sesuatu yang cenderung menetap dan tidak berubah. Sehingga, ketika kita akan membeli buku dari suatu penerbit tertentu, seketika aja kita bisa mensifati sajian apa yang akan kita dapati dari buku yang mereka terbitkan.

5) Lakukan Perbandingan
Awesome readers, hal yang harus kita lakukan selanjutnya adalah melakukan perbandingan. Perbandingan dalam hal ini bukan hanya perbandingan harga ya... No! Perbandingan di sini mencakup perbandingan sampul, tata letak, ketebalan, dan berbagai hal lain yang semisal.

Coba kita bandingkan dua buku Riyadhus Shalihin berikut ini. Keduanya memiliki judul yang serupa, tetapi diterbitkan oleh penerbit yang berbeda. Sehingga, sedikit/banyak ada hal-hal yang tentu akan disajikan secara berbeda. Pen-tahqiq dari kedua buku tersebut saja berbeda.

Credit: Muhajir Project Store

Lalu, coba kalian lihat satu judul buku Grit berikut ini yang memiliki empat jenis sampul yang berbeda. Tidakkah perbedaan ini membuat kita berpikir ulang dan ingin menyesuaikan terlebih dahulu tentang sampul mana yang lebih "aku banget". 

Credit: Amazon & Penguin

Well, demikian lima tips awesome yang semoga bisa bermanfaat dan membuat kegiatan membeli buku kita semakin bernilai. Lima tips ini tentu saja masih penuh kekurangan. Bahkan, kalian mungkin punya tips yang lebih jitu. Tapi, kembali lagi, semoga yang masih banyak kekurangannya ini dapat bermanfaat. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Tabhita Turner on Unsplash
Begitu rupanya, 
orang yang sedikit tawakalnya kepada Allah 
menyebabkan hatinya riuh kisruh. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Evie S. on Unsplash
Hati,
 medan memori, yang selalu mampu 
mengingat dengan lebih pekat.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Ellieelien on Unsplash
Tak payah menghiraukan mata yang berpaling karena pada hakikatnya hati mereka tak lagi mukim.

- (nasihat seorang dosen dengan dramatisasi diksi) -
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Wolf Zimmermann on Unsplash
Kita terkadang bercerita pada orang yang keliru. Hmm, orang itu bisa jadi orang yang baik, tetapi rupanya dia bukan orang yang tepat karena kita tidak berbagi impian yang sama. Sehingga, seluruh upaya dan tenaga yang tadi dikerahkan untuk membahasakan impian-impian kita terasa ambyar. 

Padahal, sebelumnya kita berharap dia bisa berbagi peran untuk membumbui impian kita menjadi lebih umami. Mari kita selidiki hikmah di balik kekeliruan ini. Hmm... 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Chirtian Newman on Unsplash
Awesome readers, ada dua orang nenek dan seorang cucu yang mengajarkan pelajaran berharga tentang syukur pada awesome writer. Kita sebut saja mereka sebagai Nenek Melati, Nenek Mawar, dan cucu mereka sebagai Anggrek. 

Nah... sebelum menyelam ke dalam pelajaran tentang kesyukuran, awesome writer ingin sedikit memperkenalkan tokoh kita hari ini terlebih dahulu.

Nenek Melati
Nenek Melati adalah seorang nenek yang berhati lembut dan hidup sederhana. Beliau seorang janda dari prajurit perang kemerdekaan Republik Indonesia. Pada suatu hari, beliau bertemu dengan Nenek Mawar. Bagi Nenek Melati, Nenek Mawar bagaikan orang yang berjasa besar dalam hidupnya dan banyak memberikan bantuan untuknya.

Nenek Mawar
Nenek Mawar adalah tipikal nenek yang keras karena perjuangan hidupnya semenjak kecil yang tidak mudah. Nenek Mawar sendiri gemar mencari peruntungan hidup dari jasa membantu para janda veteran memperoleh uang pensiun mantan suami mereka. Nenek Mawar memiliki banyak sekali pelanggan dan salah satunya adalah Nenek Melati. Nenek Melati dan Nenek Mawar sama-sama hidup sebagai janda veteran dan tinggal jauh di perantauan. Perasaan senasib dan sepenanggungan akhirnya menyebabkan mereka menjadi akrab kemudian mereka saling mempersaudarakan diri mereka.

Sang Cucu Anggrek
Anggrek adalah cucu dari Nenek Mawar. Tetapi, Anggrek juga bisa dikatakan sebagai cucu dari Nenek Melati. Ini karena Nenek Melati yang banyak meluangkan waktunya tinggal bersama di rumah Nenek Mawar. Mereka yang tinggal dan bertumbuh bersama akhirnya menyemai rasa cinta kasih layaknya seorang nenek dan cucu kandungnya.

Anggrek sendiri bisa dikatakan hidup dengan masa kecil yang cukup unik. Ia terpaksa harus terpisah dengan ayah kandungnya karena Nenek Mawar begitu membenci ayahnya. Anggrek kecil bahkan pernah merasa dibenci oleh neneknya sendiri karena mirip sekali dengan wajah ayahnya. 

Walaupun Anggrek dan ayahnya harus terpisah selama lebih dari dua puluhan tahun, tapi apa yang Allah takdirkan terjadi, maka terjadilah. Pada usia yang ke dua puluh empat akhirnya Allah mempertemukan mereka kembali dan tentu saja secara diam-diam.

***

Bercanda yang Tak Bercanda
Pada suatu waktu, Anggrek dan ayahnya melakukan panggilan video untuk melepas rindu. Mereka banyak berbincang tentang perasaan-perasaan mereka, bahkan tentang buah-buah yang ditanam ayahnya di depan pekarangan rumah. Namun, obrolan mereka tanpa sadar tiba-tiba menjadi batu ganjalan di hati Anggrek. Anggrek sendiri kala itu hanya bisa membiarkan perasaannya mengalir begitu juga berbagai kata-kata yang diproduksi ayahnya tentang neneknya. 

Jam berganti jam setelah panggilan video dilakukan, hati Anggrek rasanya sedih dan tidak terima  terhadap perkataan yang ayahnya anggap sebagai bercanda tentang neneknya. Bagi Anggrek, seburuk apapun neneknya dalam kacamatanya, neneknya tetap neneknya. Maka, Anggrek akhirnya bertekad untuk menyampaikan ganjalan di hatinya agar ayahnya memahami dan tidak bercanda lagi dalam "kotak" yang sama. Ia kemudian layangkan rentetan pesan pada ayahnya melalui sebuah aplikasi pesan instan.

Anggrek mengirim pesan pada ayahnya, "Ayah, mohon maaf, tetapi entah kenapa setelah panggilan video kita kemarin ada sesuatu yang mengganjal di hati Anggrek. Bagaimanapun Nenek Mawar adalah nenek Anggrek. 

Beliaulah yang menyeka ingusku ketika aku bocah, beliau yang membiayaiku sekolah, beliau yang menggaji guru ngajiku, beliau yang memberikanku atap untuk berteduh, pakaianku…

Jadi, aku harap ayah tidak bercanda lagi dengan masa silam kita yang pahit itu lalu menyandarkannya pada nenek."

Ayahnya yang membaca pesan dari Anggrek akhirnya meminta maaf. Tetapi, Anggrek kembali menyampaikan bahwa niatnya bukan untuk saling menyalahkan tetapi agar ayahnya paham bahwa neneknya sama penting baginya sebagaimana ayahnya.

Pelajaran tentang Syukur
Setelah drama rentetan pesan dengan ayahnya, Anggrek kemudian membaca kembali pesan yang ia kirim pada ayahnya. Ia kembali membaca daftar kebaikan neneknya. Ia perhatikan satu per satu. Maka, air di pelupuk matanya tak mampu dibendung lagi. Bahkan, ketika mengetikkan untuk pertama kali pada ayahnya tadi saja bulir-bulir air itu tak kuasa untuk ditahan.

Ia kemudian tersadar betapa dirinya tidak akan pernah mampu membalas kebaikan neneknya. Itu baru lima kebaikan yang ia sebutkan dari begitu banyak kebaikan yang sulit sekali untuk dirinci secara mendetil. 

Ia lantas segera saja teringat dengan Nenek Melati. Seorang Nenek yang sabar sekali dalam mengadapi polah dari nenek kandungnya yang keras. Bahkan, Nenek Melati begitu sabar untuk berkhidmat pada nenek kandungnya yang sekarang terbaring lemah karena stroke. 

Anggrek lagi-lagi tersadar, "Oh... inilah yang menjadi bahan bakar bagi Nenek Melati dalam bersabar menghadapi nenekku selama ini: syukur. Iyaah... beliau senantiasa mengingat-ingat berbagai kebaikan yang nenekku berikan, maka beliau bersyukur. Lalu di sanalah beliau temukan indahnya sabar dalam berkhidmat pada neneku. Ya Allah... betapa selama ini aku sangat tidak beryukur baik sebagai seorang cucu apalagi sebagai hamba-Mu"

Penutup
Awesome readers, penggalan episode kehidupan di atas kemudian mengajarkan pada awesome writer tentang firman Allah di dalam Q.S. Ad Dhuha: 11, 

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).

Coba kalau kita bayangkan diri kita sebagai Anggrek yang mengetik pesan-pesan tersebut. Pesan-pesan yang memperbendaharakan nikmat-nikmat yang selama ini ia dapatkan dari neneknya. Tapi, kita segera tersadar bahwa berbagai nikmat tersebut mustahil kita sebutkan seluruhnya karena neneknya telah menghidupinya selama lebih dari dua puluhan tahun. Bagaimana caranya kita memperbendaharakan semua itu? Itu hal yang mustahil! 

Lalu, coba kita renungkan, kalaulah itu nikmat yang kita terima dari manusia, bagaimana dengan berbagai macam aneka nikmat yang Allah dermakan pada kita? Nikmat Islam, nikmat sunnah, nikmat tubuh yang sehat, nikmat waktu, dan masih banyak lagi. Kita terlalu mustahil memperbendaharakannya. Hmm... jadi ingat Q.S. An Nahl: 18,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tetapi, jika kita belajar dari Q.S. Ad Dhuha di atas tentang menyatakan beragam nikmat yang kita dapatkan, maka kita semakin sadar akan perasaan betapa jauhnya kita dari rasa syukur. Perasaan yang akhirnya menjadi bahan bakar kita untuk terus berusaha menghamba kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Ya Allah...

Walaupun demikian, menyatakan berbagai nikmat ini ada kaidahnya ya awesome readers. Kaidahnya seperti apa? Alhamdulillah telah banyak dijelaskan oleh para ahli ilmu, misalnya seperti di dalam tulisan Ustadz Yulian Purnama dan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal hafidzahumullah.

Semoga Allah mengampuni penulis yang jauh sekali dari rasa syukur kepada-Nya, kepada orang tua penulis, dan kepada berbagai insan yang telah banyak mendermakan kebaikannya dalam hidup penulis...

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita hamba yang banyak bersyukur dan bersabar ya, awesome readers... aamiin...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Daniel Frank on Unsplash
Awesome readers,
kalian sependapatkah jika setiap orang punya fase mereka masing-masing? Iya... mereka punya fase mereka masing-masing dalam belajar, dalam bekerja, dalam meraih cita-cita, dan sebagainya. Jika pertanyaan ini dilayangkan pada awesome writer, maka jawabannya adalah iya. Awesome writer percaya bahwa setiap kita punya fasenya masing-masing terutama dalam berproses untuk mentaati Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dalam hal berproses, awesome writer sendiri sebenarnya adalah orang yang cenderung lambat. Hmm... mungkin kalian bisa serupakan dengan siput. Yah, tidak mengapalah, karena yang terpenting tetap berproses. 

Awesome writer menyaksikan aneka fase berproses di antara orang-orang sekitar. Ada mereka yang secepat kilatan cahaya, haha... Ada pula orang-orang yang perlahan tapi pasti. Menurut awesome writer dua fase di antara banyak fase berproses ini memiliki keunikan dan pelajarannya masing-masing. Semuanya dapat dikatakan baik. Tapi, tadi... yang penting tetap dan terus berproses. Biar Allah deh yang nilai usaha kita masing-masing.

Nah... dalam berproses menuju Allah sendiri tu banyak cabangnya, bukan? Salah satunya adalah  proses dalam mencintai firman-firman Allah yang termaktub di dalam Al Qur'an. Maka, ini dia episode kedua yang membuat hati awesome writer gerimis tiada terkira. Sebuah episode tentang Al Qur'an.

Aku Dibuat-Nya Jatuh Cinta Lagi
Awesome writer masih jauh sekali kalau mau dikatakan sebagai penghafal Al Qur'an. Hafalan yang dimiliki saja bisa dihitung menggunakan jari dan itu pun masih harus berulang kali di-muraja'ah. Alhamdulillah...

Perjalanan untuk mencintai Al Qur'an bagi awesome writer bukanlah perjalanan yang mulus. Banyak naik dan turunnya. Ini terutama dan tentu saja akibat dosa-dosa awesome writer. 

Awesome writer hanya bisa memandang iri pada teman-teman yang begitu mudah larut dalam khusyuknya membaca, mentadaburi, dan menghafal Al Qur'an. Perasaan ini terus menguar begitu lama. Memandangi mereka dari kejauhan lalu bercermin dengan penampakan refleksi yang menyedihkan, "Wahai diri, katanya kau cinta pada Rabb-mu? Tapi, kenapa kau tak pernah menikmati setiap waktumu bersama firman-firmanNya? Menyedihkan kau!"

Hari berganti hari, minggu berganti minggu lalu menjadi bulan kemudian tahun. Waktu terus bergulir tanpa rasa cinta yang membuncah pada Al Qur'an. Sungguh, maha benar firman Allah yang bersumpah dengan waktu bahwa manusia berada di atas kerugian.

وَالْعَصْرِ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ
Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian,
(Q.S. Al ‘Asr: 1-2)

Hmm... tapi... Allah sungguh Rabb yang Maha Pemurah. Allah dermakan orang-orang istimewa yang secara langsung maupun tidak langsung membuat awesome writer tertampar, meleleh, dan terpantik untuk kembali berjuang mencintai Al Qur'an.

Ayoo... perjalanan itu masih bisa kau tempuh! Jangan putus asa! Kalau tidak hafal, terus hafalkan. Kalau tidak hafal, terus hafalkan dan jangan lupa untuk banyak bertaubat pada Allah. Lalu, berusahalah untuk meninggalkan berbagai hal yang menjauhkanmu dari ayat-ayatNya, wahai diri!

Kau gagal lagi meninggalkan hal-hal yang menjauhkanmu dari Al Qur'an? Ayo usaha lagi, usaha dikencangkan, jangan sampai bosan! Doa terus, jangan sampai putus! Huuhuuu... dan janji Allah itu benar. Dialah Dzat yang tidak pernah menyalahi janji-Nya. 

"... Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” 
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Suatu hari di mana tubuh ini rasanya lunglai tak berselera melakukan apapun. Sekadar mengangkat jari saja malas sekali rasanya. Astaghfirullah. Tapi, aku belum menambah hafalan barang satu ayat pun, apalagi muraja'ah. "Ya Allah bagaimana aku ini..."

Jari ini akhirnya memainkan gawai, berseluncur, dan membuka aplikasi yang satu dan lainnya. Jari ini kemudian mampir dan singgah di sebuah aplikasi Instagram. Oke... kita sebut saja langsung agar to the point, hehe...

Awesome writer kala itu tidak punya harapan apapun hanya saja merasa sedih akibat kemalasan yang melanda. Maka, awesome writer mencoba untuk scroll lalu scroll kemudian entah kenapa terpikir untuk membuka sebuah akun. Akun itu bernama Islamqa. 

Awesome writer benar-benar hanya ingin iseng meninjau apakah ada sesuatu yang bermanfaat dan awesome writer pahami di sana. Yah... berhubung saya belum mahir berbahasa Arab, ngintip bolehlah yah. Siapa tahu kan jadi tambah bersemangat karena melihat akunnya ulama.

Okee... awesome writer memasuki akunnya dan menjelajah di dua baris unggahan terbaru. Tapi, tiba-tiba mata ini tertuju pada sebuah unggahan yang menyinggung Qur'an-Qur'an gitu... "Ah, coba kita klik deh, siapa tahu ada manfaatnya buat hidupku yang fana ini."

Wah... masya Allah rupanya unggahan itu adalah unggahan tentang sebuah aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk membangun kedekatan dengan Al Qur'an. "Ahaa... alhamdulillah inilah yang aku butuhin nih..."

Tanpa pikir panjang, awesome writer langsung pergi menuju website penyedia aplikasi tersebut. Karena aplikasi tersebut terpampang di akun ulama, yasudah, awesome writer yang awam ini percaya saja. Bismillah, insya Allah baik... kan niatnya mau mencari kebaikan.

Benarlah... ketika membaca deskripsinya, aplikasi ini begitu menjanjikan. Tetapi, qadarallah aplikasi dalam versi iOS belumlah tersedia. "Yaudah, ga papa deh, kita cobain versi web app-nya dulu aja. Kan nanti kalau sudah release mereka kirim e-mail." 

Yawis, aplikasi versi web akhirnya diuji coba. Maka, di sinilah semua keajaiban itu bermula. Pada halaman pertama aplikasi tersebut ada sebuah gambar yang rasanya menampar sekaligus membuat hati ini lagi-lagi gerimis karena Allah.

Sebuah gambar yang membuat awesome writer tidak bisa tidak merasa dihampiri Allah dengan berjalan cepat. Padahal, awesome writer hanya merangkak, bahkan mungkin tiarap. Ya Allah...

Siapa sangka foto itu digunakan pada aplikasi Al Qur'an. Aplikasi yang dipromosikan di sebuah akun seorang ulama. Akun yang kala itu awesome writer kunjungi dengan niat iseng. Ah, entahlah... Allah lah sebaik-baik Dzat yang memberikan petunjuk. Semoga ini sebagai sebuah pertanda baik dari Allah. 

Anyway, awesome readers, yakinlah, Allah pasti sediakan banyak momen yang buat hati kita jadi gerimis. Entah kita sadar atau tidak. Kitanya saja yang terlalu mustahil untuk notice dengan berbagai momen itu, saking banyaknya nikmat Allah. Ini belum lagi jika kita hitung pertemuan-pertemuan kita dengan beragam manusia yang membuat kita mengingat-Nya dengan cara yang indah. Ya Allah... 

Yah, begitulah... sudah ya... terlalu banyak ini curcolnya. Awesome writer jadi merasa zalim. Semoga bermanfaat ya dan semoga kita lebih peka dengan berbagai momen gerimis itu sehingga kita jadi hamba yang banyak bersyukur pada Ar Rahman Ar Rahim. 



PS: Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menganugerahi kita cinta sebesar cintanya Utsman radhiyallahu 'anhu terhadap Al Qur'an, ya awesome readers...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Credit: Kelly Sikkema on Unsplash

Assalamu'alaikum... hi awesome readers yang semoga senantiasa di rahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah, Rabb kita yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah, Rabb kita yang Maha Memelihara setiap hamba-hambaNya. 

Insya Allah, hari ini awesome writer ingin berbagi sesuatu yang ringan dengan para pembaca owsem sekalian, hehe. Ini sih sebenarnya cerita pribadi. Tapi, semoga tetap bisa meradiasikan manfaat terutama bagi yang menulis sendiri. Semoga yang ringan ini juga mampu membuat kita selalu melangitkan harapan-harapan kita pada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Lalu, apa nih yang ringan-ringan ini? Hoho... Insya Allah, awesome writer ingin berbagi tentang dua buah momen yang dihadiahkan Allah sehingga membuat hati ini rasanya jadi "gerimis". Naah... mari...

Tak Pernah Ada Maghrib Yang Lebih Sendu
Setiap manusia memiliki ujian. Entahkah ia adalah orang yang tidak beriman kepada Allah atau apalagi ia yang beriman kepada Allah. Secara sederhana, ujian bagi orang yang beriman sendiri bermanfaat untuk membuktikan jujurnya keimanan yang ia miliki. 

Oia... menurut yang awesome writer pernah pelajari, ujian bagi orang yang beriman itu bertingkat-tingkat sesuai dengan level keimanannya. Walaupun demikian, ada juga yang menarik dan harus menjadi bahan renungan, yaitu "Apakah itu benar ujian karena kita beriman kepada Allah ataukah justru itu adalah musibah akibat dosa-dosa yang kita lakukan?" Silahkan mengheningkan cipta masing-masing ya... 

Adapun awesome writer sendiri belum tahu secara pasti apakah itu ujian atau justru musibah. Tetapi, awesome writer berusaha untuk berprasangka baik pada Al Ghafur Ar Rahim. Secara... saya ini siapa sih... apalagi kalau mengingat betapa banyaknya khilaf saya... Namun, Dialah Allah, Rabb kita Yang Maha Penyayang dan begitu luas pintu-Nya dalam menerima taubat hamba-Nya. 

Baiklah... 

Singkat cerita, di dalam sebuah episode kehidupan paling curam (terjal dan menukik) yang pernah awesome writer hadapi, awesome writer rasanya sudah tidak kuat lagi dan segera saja ingin melarikan diri dari kenyataan. Tapi, inilah hidup, mau sekeras apapun kita berlari, pilihan paling pahlawannya tidak lain hanyalah dengan "menghadapinya". Lalu, mari kita selalu mematri di dalam sanubari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:  

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
(Q.S Asy Syura: 30)

Iyaa... musibah apapun yang menimpa kita yaa... akibat kesalahan kita sendiri. Yawis... mari kita insyafi, perbaiki, dan segera bertaubat kepada Allah. Lebih dari itu, ada yang lebih indah dari ayat di atas, yakni bahwa "Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan kita." Hmmm...

Awesome writer yang rasanya begitu putus asa akhirnya Allah beri petunjuk untuk "...yaudah gimana kalau aku melarikan diri saja ke masjid. Oiaa... ke masjid di dekat stadion itu saja. Masjid yang nyaman sekali itu." 

Tanpa ada ekspektasi apapun. Awesome writer segera menyalakan mesin motor dan mengenakan segala perlengkapan berkendara. Tancap gas! Satu tujuan! Masjid di dekat stadion. 

Awesome writer tiba saat menjelang shalat Maghrib. Maka, awesome writer segera saja mengambil air wudhu lalu menunggu di sana hingga adzan berkumandang kemudian shalatpun ditegakkan. 

Ketika shalat dimulai, imam membacakan surat Al Fatihah dengan indahnya. Imam terus melantunkan ayatnya hingga para jama'ah menyambutnya dengan bacaan "Aamiin". Sehingga, sang imam segera saja masuk ke surat lain setelah Al Fatihah. Tapi, siapa yang sangka??? Awesome writer sendiri tidak pernah menyangka dan menaruh harap apapun.

Tanpa dinyana atau di duga, sang imam membacakan potongan sebuah surat yang seketika membuat hati ini gerimis. Gerimis yang akhirnya berubah menjadi hujan lebat dan seketika menghapus segala kemarau di dalam hati. Hati ini terus Allah bebaskan dari kemarau panjang melalui lisan sang imam yang membacakan Q.S Al Baqarah dari ayat ke152 hingga ke 157. 

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadoarinya.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ya Allah... mendengar ayat-ayat tersebut dibacakan, awesome writer membatin apakah telinga ini tidak salah mendengar? Telinga dan hati ini rasanya lebih gemetar ketika Allah sampaikan lisan sang imam pada ayat:  

اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

Ya Allah... siapalah saya, siapalah kita awesome readers? Apalagi jika kita bandingkan diri kita dengan generasi terbaik setelah nabi dan rasul, jika kita bandingkan dengan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, 'Aisyah, dan yang lainnya radhiyallahu ta'ala 'anhum. Siapalah saya yang berhak mendapat hadiah ayat-ayat di atas dari Ar Rahman Ar Rahim... 

Tapi, Dialah Allah... Rabb yang ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya begitu luas. Oleh karena itu awesome readers, mari kita terus berusaha untuk berprasangka baik pada Allah yang tiada Dzat yang paling mengharapkan kebaikan pada kita, kecuali Dia. Marilah kita terus melangitkan harapan-harapan terbaik kita pada-Nya. 


Ayoo semangat...
Insya Allah bersambung ke episode kedua yaa... 



PS: Buat kita yang seakan jatuh berdebam dari langit ke tujuh. Buat kita yang serasa disergap dan dibenamkan ke dalam palung bumi terdalam yang dalamnya tiada terkira. Atau kita yang seumpama dengan serabut dari buah kelapa. Ia dijambak dari buahnya agar dagingnya bisa dimanfaatkan menjadi minyak. Maka, semoga ayat ini selalu menerangi sanubari:

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.
(Q.S. Asy Syarh: 5-6) 



...bersama satu kesulitan, ada banyak kemudahan...


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About

Hi there!
I am Esy Andriyani
This is my personal blog. I endeavor to assemble miscellaneous notions and observations as a mere human being. Well, feel free! Serve yourself...

Let's Stay in Touch

Featured Post

Perpetual Rain

Labels

  • Awesome Tips (2)
  • Blog Insight (15)
  • Book Review (5)
  • Digital Media & Social Construction (13)
  • Freebies (1)
  • Miscellaneous (5)
  • Soliloquy (7)

Bloom Beautifully

Popular Posts

  • Al Baqarah 152-157
  • Tidak Akan Pernah Kenyang dari Al Qur'an
  • Watermelon, Carrot, Parsley Juice
  • Book Review: Hilyah Thalibil 'Ilmi (Perhiasan Penuntut Ilmu)
  • Hanya Sebab

Free Quran Wallpapers

Awesome Sites

  • Kisah Muslim
    Mengenal Kakek dan Buyut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam - Kaisar Romawi, Heraclius, pernah bertanya kepada Abu Sufyan tentang nasab Nabi Muhammad, كَيْفَ نَسَبُهُ فِيكُمْ قُلْتُ هُوَ فِينَا ذُو نَسَبٍ‏.‏ ... Sele...
    1 month ago
  • Muslim.Or.Id
    Hukum Menjual Obat yang Dicurigai akan Digunakan untuk Kejelekan - Fatwa Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah Pertanyaan: Jazakumullaahu khairan. Seorang apoteker mengirimkan sejumlah pertanyaan, di anta...
    9 hours ago
  • Muslimah.Or.Id
    Sekedar Tercapainya Keinginan, Tidak Berarti Perbuatannya Benar - Kaidah yang berharga yang kami dengar langsung dari Syaikh Abdurrazzaq Al Abbad hafizhahullah: وجود الآثار لا يدل على صحة العمل “Adanya hasil dari suatu ...
    16 hours ago
  • Qur'anic Reflections
    A Fulfilment - الحمدلله الذي بنعمته تتم الصالحات By the grace and favour of Allāh upon me, I’ve successfully completed my Master’s Degree in ʿUlūm al-Qurʾān and Tafsīr. M...
    3 months ago
  • Radio Rodja
    Menghilangkan Rasa Takut Yang Berlebihan Pada Anak - Menghilangkan Rasa Takut Yang Berlebihan Pada Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mence...
    1 hour ago
  • Rumaysho
    Suami Harus Sabar Menghadapi Istri - Rumaysho.Com - Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat Bukan hanya istri yang mesti sabar menghadapi suami, suami pun mesti sabar menghadapi istri karena bisa ...
    3 hours ago

Blog Archive

  • ►  2021 (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2020 (14)
    • ▼  September (2)
      • Hanya Sebab
      • Free Quran Wallpapers
    • ►  August (1)
      • Soliloquy: Menghargai Proses Belajar
    • ►  July (3)
      • Soliloquy: Harga Sebuah Perisa
      • Book Review: Grit
      • Soliloquy: Menahan Diri Dalam Repetisi
    • ►  June (5)
      • 5 Tips Awesome Sebelum Membeli Buku
      • Soliloquy: Riuh Kisruh
      • Soliloquy: Medan Memori
      • Soliloquy: Hati yang Tak Lagi Mukim
      • Soliloquy: We Don't Share The Same Dream
    • ►  May (3)
      • Dua Orang Nenek, Seorang Cucu, dan Pelajaran tenta...
      • Momen yang Buat Hati Kamu Jadi Gerimis Episode 2
      • Momen yang Buat Hati Kamu Jadi Gerimis Episode 1
  • ►  2019 (14)
    • ►  December (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (9)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2016 (5)
    • ►  December (3)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Created with by ThemeXpose